| Mapala STMIK WiCiDa |
Siapa yang tak mengenal istilah survive? Ya, tentunya sudah tak asing lagi di telinga kita
dengan
istilah tersebut. Awalnya istilah ini dibawakan oleh kaum
petualang, karena para petualang sepakat bahwa dimanapun mereka berada harus
bisa tetap bertahan hidup. Jadi, makna sebenarnya dari survive adalah cara bertahan hidup dengan memanfaatkan alat dan
bahan yang ada. Artinya, jangan manjakan “perut” dengan kebiasaan makanan yang
serba enak, dengan kata lain, untuk hidup kaya tak perlu belajar, tapi untuk
hidup miskin perlu dipelajari, mungkin sebagian di antara kalian akan menerka,
untuk apa belajar hidup miskin? Tenang, itu hanya istilah, miskin tentu bukan
pilihan, karena semua ingin kaya, tapi yang dimaksud dalam hal ini adalah
kembali pada topik awal tadi, yaitu bagaimana caranya memanfaatkan alat dan
bahan yang ada.
Hal menarik yang sedang hangat adalah, ketika
banyak orang sibuk survive di tengah
kota, yang kita ketahui bersama bahwa di kota semua alat dan bahan sudah
tersedia, jadi sudah pasti tidak ada istilah survive, nah kita tidak boleh salah paham. Dalam hal ini, petualang
yang sesungguhnya akan sepakat dengan pemikiran yang tak banyak orang pikirkan
ini. Yaitu, sebuah contoh logis yang akan membawa otak kita untuk benar-benar
paham survive yang sebenarnya.
Saat seseorang berpetualang ke pantai, hutan, bukit, atau
gunung, yang kita sepakati adalah itu merupakan tempat alamiah yang berkaitan
dengan bahan alam seperti, dedaunan, batang dan ranting, air asin, bahkan
bebatuan. Inilah saatnya otak kita benar-benar diuji untuk memanfaatkan alat
dan bahan yang ada, tentu berbeda sekali dengan kehidupan di kota, karena kita
tak perlu mencari bahan alam tersebut untuk mengisi perut. Namun sayang,
dangkalnya pemikiran beberapa orang tetap memaksa bahwa hidup di kota juga
dinamakan survive, padahal jelas
sekali perbedaan antara “pemanfaatan alam yang ada” dengan “pemanfaatan teman
yang ada”.
Bagaimana? Sekarang sudah paham kan makna yang sebenarnya
dari survive? Ingat selalu bahwa alam
adalah teman, namun teman bukanlah alam, oleh sebab itu alam selalu menyajikan
banyak teman untuk kita ceritakan ketika kembali kota, tapi teman di kota tak
akan bisa kalian ceritakan kepada alam, karena alam lebih punya “nilai” dengan
segala ketidakterbatasannya.
Penulis : Taufan Wahyudi
Keren ... harus belajar survive di alam...
BalasHapusGreat survive..!!
BalasHapus