Rabu, 24 Februari 2016

“SURVIVE”



Mapala STMIK WiCiDa
            Siapa yang tak mengenal istilah survive? Ya, tentunya sudah tak asing lagi di telinga kita
dengan istilah tersebut. Awalnya istilah ini dibawakan oleh kaum petualang, karena para petualang sepakat bahwa dimanapun mereka berada harus bisa tetap bertahan hidup. Jadi, makna sebenarnya dari survive adalah cara bertahan hidup dengan memanfaatkan alat dan bahan yang ada. Artinya, jangan manjakan “perut” dengan kebiasaan makanan yang serba enak, dengan kata lain, untuk hidup kaya tak perlu belajar, tapi untuk hidup miskin perlu dipelajari, mungkin sebagian di antara kalian akan menerka, untuk apa belajar hidup miskin? Tenang, itu hanya istilah, miskin tentu bukan pilihan, karena semua ingin kaya, tapi yang dimaksud dalam hal ini adalah kembali pada topik awal tadi, yaitu bagaimana caranya memanfaatkan alat dan bahan yang ada.
 
            Hal menarik yang sedang hangat adalah, ketika banyak orang sibuk survive di tengah kota, yang kita ketahui bersama bahwa di kota semua alat dan bahan sudah tersedia, jadi sudah pasti tidak ada istilah survive, nah kita tidak boleh salah paham. Dalam hal ini, petualang yang sesungguhnya akan sepakat dengan pemikiran yang tak banyak orang pikirkan ini. Yaitu, sebuah contoh logis yang akan membawa otak kita untuk benar-benar paham survive yang sebenarnya. 
 
Bersama WS (Warga Sekitar)
            Saat seseorang berpetualang ke pantai, hutan, bukit, atau gunung, yang kita sepakati adalah itu merupakan tempat alamiah yang berkaitan dengan bahan alam seperti, dedaunan, batang dan ranting, air asin, bahkan bebatuan. Inilah saatnya otak kita benar-benar diuji untuk memanfaatkan alat dan bahan yang ada, tentu berbeda sekali dengan kehidupan di kota, karena kita tak perlu mencari bahan alam tersebut untuk mengisi perut. Namun sayang, dangkalnya pemikiran beberapa orang tetap memaksa bahwa hidup di kota juga dinamakan survive, padahal jelas sekali perbedaan antara “pemanfaatan alam yang ada” dengan “pemanfaatan teman yang ada”.
 

            Bagaimana? Sekarang sudah paham kan makna yang sebenarnya dari survive? Ingat selalu bahwa alam adalah teman, namun teman bukanlah alam, oleh sebab itu alam selalu menyajikan banyak teman untuk kita ceritakan ketika kembali kota, tapi teman di kota tak akan bisa kalian ceritakan kepada alam, karena alam lebih punya “nilai” dengan segala ketidakterbatasannya.

 Penulis : Taufan Wahyudi

2 komentar: